Malam pertama di Banda Aceh. Masih dengan semangat empat lima, saya meminta driver untuk mengantarkan saya mencicipi kuliner khas Aceh.
"Tapi jangan bawa saya ke warung Mie Aceh, ya! Besok siang saja Mie Acehnya."
Setelah beberapa saat akhirnya mobil avanza yang saya tumpangi berhenti di sebuah resto. Masam Keueung. Sang driver bercerita sekilas bahwa tempat malam ini adalah favorit para tamu dari Jawa.
Oya???
Hummm!!! Kita lihat saja apakah bisa menjadi favorit saya!
Setelah duduk dan memesan teh dingin (di Aceh teh dingin itu serupa dengan Es teh manisnya Jawa) seorang karyawan menghidangkan berbagai macam makanan di atas meja. Cara penyajiannya mirip dengan restoran Padang.
Setelah hidangan tertata di meja, terus terang saya bingung mau mencoba yang mana. Semuanya terlihat enak. Penjelasan dari sang driver pun membuat saya semakin bingung. Mana yang akan duluan saya coba.
|
Masam Keueung |
|
Ayam Tangkap |
Akhirnya saya mencampur nasi dengan beberapa lauk: ayam tangkap, gulai pliku dan ditutup dengan menyeruput masam keueung.
Ayam Tangkap adalah semacam ayam goreng yang digoreng bersama dengan sayuran. Sayurannya terdiri dari daun jeruk, daun pandan, dan daun kari. Daun-daun tersebut digoreng garing. Sedangkan masam keueng adalah ikan yang dimasak dengan kuah bening yang rasanya asam dan pedas. Ditemani deng Teh Tarik, makan malam ini jadi lebih sempurna!
Yang jelas, setelah menghabiskan sepiring nasi lengkap dengan lauk pilihan plus menggado sisa ayam tangkap, saya meninggalkan tempat makan dengan perut penuh.
Antara Masam Keueung dan Ayam Tangkap....
Antara yang pedas asam dan yang garing..
Saya resmi jatuh cinta dengan kuliner provinsi paling Barat Indonesia!