Nasi gurih sekaten adalah menu khas yang selalu hadir pada saat perayaan sekaten berlangsung sebulan penuh dalam rangka merayakan Maulid Nabi. Biasanya, begitu pasar malam sekaten digelar, beberapa penjual nasi gurih ini mulai bertebaran terutama di pelataran Masjid Agung Yogyakarta. Nantinya, kira-kira seminggu sebelum puncak perayaan sekaten, pada saat Miyos Gongso (turunnya gamelan dari Keraton ke halaman masjid) hingga Kondur Gongso (kembalinya gamelan dari halaman masjid ke Kraton) penjual nasi gurih ini semakin banyak dan semakin padat.
Uniknya, nasi gurih ini hanya bisa ditemui pada saat sekatenan saja.
Nasi gurih ini terdiri dari nasi gurih (semacam nasi uduk-nasi yang dimasak dengan santan) berlauk suwiran ayam, sambal goreng kerecek, taburan kacang dan kering kentang, dan dilengkapi dengan krupuk, kemangi, ketimun, bawang goreng, dan kubis. Lauk yang sederhana. Rasanya juga sebenarnya sederhana. Namun, keberadaannya yang jarang-jarang dan hanya ada jika ada perayaan sekaten membuat hidangan ini jadi ngangeni. Terkadang saya datang ke pasar malam sekaten hanya untuk membeli sepiring nasi gurih plus teh hangat sembari duduk lesehan di atas tikar. Menikmati malam dan ngobrol ngalor ngidul.
Harganya tidak sampai sepuluh ribu rupiah namun memang porsinya tidak begitu banyak. Tapi bagi para mbak-mbak.....dijamin sudah kenyang deh menyantap seporsi nasi gurih.
Sedikit cerita di balik nasi gurih adalah....nasi gurih ini sebenarnya merupakan simbol atau mempunyai makna keberkahan dan kemakmuran. Namun ada pula yang mengatakan bahwa menyantap nasi gurih sambil mendengarkan gamelan itu bikin awet muda dan membuat selalu ingin kembali menyantap di tahun-tahun mendatang. Apakah benar? Wallahualam!
0 komentar:
Posting Komentar