This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Minggu, 25 November 2012
Sate Klathak, sate yang ditusuk pada ruji roda
05.28
Rani Februandari
Namanya memang belum setenar gudeg. Tapi, sate klathak bisa dikategorikan sebagai salah satu kuliner khas yogya pada umumnya. Dan kuliner khas daerah Bantul pada khususnya.
Sate klathak adalah sate kambing yang hanya diberi bumbu garam, dibakar, lalu dihidangkan bersama kuah gule kambing. Enak??? Maknyusss kalau menurut saya.
Ada yang unik pada sate klathak ini. Umumnya irisan daging sate itu ditusukkan pada lidi, kan? Nah kalau sate ini irisan dagingnya ditusukkan pada ruji roda becak!!!
Satu porsi sate klathak biasanya terdiri dari dua buah tusuk sate. Tapi, percaya deh, bikin kenyang betul!!
Sate ini banyak ditemui di daerah Bantul. Tepatnya di daerah Jejeran, Pleret Bantul. Kalau dari arah kota Yogya maka terus saja ke selatan, searah dengan terminal Giwangan, menyusuri jalan imogiri timur.
Yang terkenal adalah sate klathak Pak Pong. Tapi menurut saya, sate klathak Pak Jupani jauh lebih yummy...
Jam buka warung-warung sate ini adalah dari pagi hingga malam hari.
Tertarik???
Rabu, 21 November 2012
Berburu Kuliner di Rembang dan Lasem
23.17
Rani Februandari
Sepertinya, kalau jalan-jalan tanpa makan-makan itu nggak asyik, ya! Terasa ada yang kurang. Betul begitu, bukan?? Nah, maka dari itu, ketika saya blusukan ke Rembang dan Lasem kemarin saya menyempatkan diri untuk mencicipi yang enak-enak di sana. Sebagai gambaran, makanan di Rembang Lasem itu umumnya bersantan, manis, tapi ada sedikit cita rasa pedas. Ditemani Pop, guide terasyik yang pernah saya temui, saya mencoba beberapa makanan yang belum pernah saya temui sebelumnya.
Apa itu???? Mari kita cekidot!!!
SATE SREPEH
Sate Srepeh |
Pagi itu, saya diajak Pop sarapan sate srepeh. Sate srepeh adalah sate ayam berkuah santan yang dimakan dengan nasi dan sayur tahu dengan taburan kacang. Ketika sate srepeh terhidang di depan saya, Pop menyuruh saya untuk mencicipi satenya terlebih dahulu. Hmmm....rasanya enak!! Bumbu santannya mirip-mirip dengan kuah ayam bumbu rujak ala Jawa Timuran. Setelah itu, baru saya diperbolehkan mencampurnya dengan nasi tahu. Ternyata nasi tahunya manis. Dan pedas. Jika dicampur dengan sate, maka rasa kuah satenya jadi kalah kuat dibanding rasa nasi tahunya. Hmm.....saya jadi mengerti mengapa Pop menyuruh saya mencoba satenya terlebih dahulu. Yang bikin tambah sedap karena nasi tahunya diletakkan di atas daun jati.
Sate srepeh ini memang nikmat untuk dijadikan sarapan. Salah satu penjual sate srepeh yang terkenal di Rembang adalah sate srepeh Bu Slamet yang terletak di kawasan Pecinan.
LONTONG TUYUHAN
Lontong Tuyuhan |
"Pokoknya, saya harus nyobain lontong tuyuhan ya, Pop!" ujar saya pada Pop, teman baru merangkap guide. Saya memang penggemar masakan semacam lontong opor, lontong sayur, dan turunannya. Di siang yang terik, sehabis ber heritage trail, saya mengunjungi desa Tuyuhan. Untuk menikmati....lontong tuyuhan.
Ketika sampai, saya sedikit kecewa. Saya membayangkan akan melihat deretan mbok-mbok dengan pikulan khas nya dan dingklik-dingklik kecil yang penuh berisi orang-orang yang sedang menikmati lontong tuyuhan. Nyatanya, pusat kuliner lontong tuyuhan sudah berupa bangunan permanen dan terdiri dari kios-kios kecil.
Tapi tak apalah! Ketika si penjual tengah mengirisi lontong kemudian mencampurnya dengan kuah opor dan potongan ayam, saya sudah lupa kekecewaan saya. Tak sabar saya mencobanya. Hummm....opor yang kental, gurih, dan sedikit pedas. Agak berbeda dengan opor-opor yang selama ini saya kenal. Tidak seperti lontong opor pada umumnya yang terdiri dari opor dan sambel goreng serta uba rampe lainnya, lontong tuyuhan ini murni terdiri dari lontong, kuah opor, dan potongan ayam. Kuahnya sendiri sudah pedas. Yang menarik dari makanan ini adalah bentuk lontongnya! Biasanya bentuk lontong itu kan seperti tabung, bulat memanjang. Nah, kalau yang ini lontongnya berbentuk segitiga dan gepeng. Jadi ketika lontongnya dipotong-potong bentuknya jadi lebar-lebar dan tidak beraturan. Siang itu, saya sampai nambah dua piring!
SOTO REMBANG
Soto Rembang |
Pagi terakhir saya di Rembang, Pop mengajak sarapan di sebuah warung yang menjual soto Rembang. Humm.....apa bedanya soto rembang dengan soto-soto lainnya, ya???
Soto rembang itu ternyata berkuah santan dan berwarna kecoklatan (karena kecap), meski isinya tetap sama. Suwiran ayam, kecambah, dan bawang goreng. Tidak ada kubis/kol dan so'on yang menemani. Agar tidak eneg, maka harus diberi perasan jeruk nipis. Rasanya?? Mirip-mirip dengan nasi gandul khas Pati itu. Tapi rasa soto ini mengingatkan juga pada nasi pindang Kudus. Enak?? Not bad, lah!!
Sabtu, 17 November 2012
Rasa tempo dulu di Sidosemi
19.05
Rani Februandari
Saya tinggal di Yogya tepatnya Yogya selatan yang berbatasan dengan Bantul. Sebuah daerah yang cukup ramai meski masih kalah ramai dibanding Yogya utara. Nah salah satu minusnya tinggal di daerah selatan adalah sangat susah di sini untuk mencari tempat nongkrong yang asyik yang bikin kita betah berlama-lama di sana.
Untunglah di daerah Kotagede ada Sidosemi...
Untunglah di daerah Kotagede ada Sidosemi...
Sidosemi adalah sebuah warung bakso dan es yang terletak tak jauh dari komplek makam dan masjid Kotagede. Sebuah warung sederhana bercita rasa jadul yang ngangeni. Bangku-bangku kayu panjang dan hiasan-hiasan dinding yang mungkin usianya sudah tak muda lagi membuat tempat ini cocok bagi yang ingin kangen-kangenan dengan Kotagede.
Menu andalan di sini adalah es kacang ijo dan bakso. Baksonya diberi irisan tomat dan mi nya lembut. Konon, mi nya itu asli made in Sidosemi! Rasa baksonya? Seperti bakso-bakso dorong masa silam. Selain itu kalau sudah mampir di sini, cobalah untuk mencoba es limun saparilla. Minuman jadulnya jogja yang bikin ketagihan! Rasanya...??? Mirip produk rootbeer sih!! Selain bakso, ada juga aneka gorengan seperti tahu, tempe, dan teman-temannya.
Kalau makan di sini harus siap-siap kemringet karena ga ada fasilitas AC di sini. Tapi jangan khawatir. Ada kipas dari anyaman bambu yang disediakan dan bisa dipakai untuk kipas-kipas kalau kegerahan.
Berada di Sidosemi seakan membuat saya terlempar ke dalam mesin waktu. Mengantarkan saya ke beberapa puluh tahun yang silam.
Dan itu yang bikin ngangeni....
Sidosemi yang jadul |
es campur sidosemi |
limun sarsaparilla |
Bakso tomat |
Jumat, 12 Oktober 2012
From Saigon with Love: Pho!
20.24
Rani Februandari
Pho adalah 'makanan sejuta umat' orang Vietnam. Rasanya nggak afdol kalau ke Vietnam tapi nggak nyobain pho. Pho ternyata sudah jadi menu favorit saya kala main ke Saigon kemarin. Semangkuk mi, kecambah, dengan semacam daun kemangi yang rasanya lebih menyengat dari daun kemangi Indonesia, dan beberapa daun-daunan bercitarasa kuat menyengat, biasanya diberi irisan daging (sapi, babi, atau ayam) dan disajikan dengan perasan jeruk nipis plus semacam saus yang cair banget berwarna mirip kecap. Kadang-kadang dikombinasikan dengan bakso.
Rasanya....??? Seger!!! Ga eneg!!! Dan bikin ketagihan....
Pho ini adalaha jenis street food yang sangat populer di Vietnam. Di Saigon sendiri, penjual pho banyak dijumpai. Mulai dari penjual kaki lima di trotoar atau di pinggir-pinggir jalan sebuah gang, hingga ke kelas resto. Di Saigon, yang terkenal adalah Pho 2000. Terkenal karena konon, mantan Presiden Amrik Bill Clinton pernah datang dan makan di tempat ini!!! Ada pula pho 24 yang dikemas dalam konsep fast food.
Waktu di Saigon kemarin, saya mencoba mencicipi pho di Pho 2000 karena mereka punya menu pho vegetarian. Semangkuk pho vegetarian dihargai sekitar dua puluh lima ribu rupiah. Plus es lemon squash,. Tadinya saya ingin mencoba spring roll nya yang terkenal itu, tapi sayangnya mengandung pork. Jadi saya terpaksa mengurungkan niat untuk mencicipi spring roll nya.
Bagi saya, pho cocok dimakan sepanjang hari. Di gang tempat hostel saya berada, di pagi hari, semerbak kuah pho dengan irisan daging kemerahan (hehehe.....yup betul!!! Itu pork!) membuat saya harus menahan diri untuk tidak ikut duduk di dingklik plastik kecil, berbaur dengan masyarakat lokal dan makan di sana!!!! Hingga malam hari, masih banyak penjual pho yang berada di jalanan.
Warung Pho di pinggir jalan |
Wah....jadi kangen makan pho.....!!!
Senin, 20 Agustus 2012
Sepincuk Kenangan dalam Nasi Ayam
21.04
Rani Februandari
Lama tak pulang ke Semarang, lebaran kali ini saya berniat untuk mengurai rindu pada kuliner di Semarang. Selain pada mie kopyok dan bubur ayam Semarang, rindu saya tertambat pada sepincuk Nasi Ayam yang mangkal di depan Matahari.
Nasi ayam kalau dilihat dari penampakannya sebenarnya mirip banget dengan nasi liwet Solo. Bedanya adalah nasi ayam Semarang itu kuahnya memakai kuah opor, sedangkan kalau nasi liwet solo kuahnya memakai areh putih yang kental. Soal rasa?? Beda tipis lah!
Ingridients nasi ayam itu adalah seperti berikut: nasi putih, suwiran ayam, telur pindang, tahu, kuah opor, sambel goreng labu siam, dan terkadang dikombinasi dengan sambel goreng krecek. Sebagai pelengkap biasanya ada sate usus dan sate telur. Disajikan dalam pincuk daun pisang. Jaman saya masih sekolah dulu, sendok yang digunakan terkadang masih terbuat dari daun pisang. Orang-orang menyebutnya sebagai suru'.
Buat saya, nasi ayam itu lebih dari sekedar makanan. Ada kenangan yang bercampur di dalam sepincuk nasi ayam. Kenangan masa sekolah dulu, masa-masa bandel, dan tentu saja...ehm...kenangan dengan si mantan.
Sudah, ah!!! Saya makan dulu, ya... Mariii!!!!
Nasi ayam kalau dilihat dari penampakannya sebenarnya mirip banget dengan nasi liwet Solo. Bedanya adalah nasi ayam Semarang itu kuahnya memakai kuah opor, sedangkan kalau nasi liwet solo kuahnya memakai areh putih yang kental. Soal rasa?? Beda tipis lah!
Ingridients nasi ayam itu adalah seperti berikut: nasi putih, suwiran ayam, telur pindang, tahu, kuah opor, sambel goreng labu siam, dan terkadang dikombinasi dengan sambel goreng krecek. Sebagai pelengkap biasanya ada sate usus dan sate telur. Disajikan dalam pincuk daun pisang. Jaman saya masih sekolah dulu, sendok yang digunakan terkadang masih terbuat dari daun pisang. Orang-orang menyebutnya sebagai suru'.
Buat saya, nasi ayam itu lebih dari sekedar makanan. Ada kenangan yang bercampur di dalam sepincuk nasi ayam. Kenangan masa sekolah dulu, masa-masa bandel, dan tentu saja...ehm...kenangan dengan si mantan.
Sudah, ah!!! Saya makan dulu, ya... Mariii!!!!
From Saigon with love: Saigon Street Food
03.50
Rani Februandari
Saigon itu surganya cemilan pinggir jalan. Sepanjang pagi hingga malam hari selalu ada beberapa penjual cemilan dan minuman yang mangkal di ruas-ruas trotoar. Beberapa kali saya mencoba untuk membeli 'cemilan-cemilan' tersebut. Enak dan harganya murah. Rata-rata sekitar 20 ribu Dong atau sepuluh ribu rupiah. Di bawah ini cemilan yang sempet dicoba oleh saya.
1. Onde-onde
Onde-onde |
Bot Chien |
Nah ini salah satu street food kegemaran. Dibuat dari telur yang diaduk dengan potongan-potongan gorengan yang katanya terbuat dari semacam tepung beras, lalu diberi kuah kecap ikan dan saus sambal. Rasanya kenyal-kenyal gurih.
3. Muc Chien Nuoc Mam
Apa itu??? Hihi...semacam cumi tapi besar dan diasinkan yang kemudian dibakar lalu diiris (dengan gilingan) sehingga hasilnya adalah potongan-potongan daging yang panjang. Enak??? Enak bangeeeettt!!!
4. Yang satu ini saya ga tau namanya. Lupa nanya tepatnya. Tapi ini adalah campuran dari pipilan jagung, bawang bombay, paprika, dan berbagai macam bahan lainnya yang dimasak bersama saus sambal botolan lalu dibungkus oleh semacam kulit lumpia (biasa disebut rice paper) lalu dibentuk jadi setengah lingkaran dan sedikit dipanggang sehingga renyah. Rasanya?? Asam pedas dan sedikit manis.
5. Es tebu
Mirip dengan versi Indonesia hanya saja es tebu di sini diberi perasan jeruk nipis. Hasilnya??? Seger banget!!!
6. Es milo
Ketika saya memutuskan beli es milo dipinggir jalan saya membayangkan es milo yang suka dijual di Indonesia. Tapi ternyata saya salah. Es milo di Saigon benar-benar es dalam arti sebenarnya. Jadi, bubuk susu milo yang dicampur dengan sedikit air demi membuat bubuk milo itu menjadi sedikit cair (mungkin kurang tepat disebut cair. Bayangkan saja selai coklat. Nah, seperti itulah milo yang 'dicairkan'). Setelah itu diberi sejumlah es batu dan....voila!!!! Es milo siap dinikmati.
Sebenarnya masih banyak street food lain yang bertebaran di pinggir jalan. Ada wafel (tanpa es krim tentunya) yang bisa dibeli di emperan depan kantor pos pusat, ada pisang goreng, sate ayam bumbu wijen, dan masih banyak lagi. Yang jelas....cemilan-cemilan itu sangat acceptable oleh lidah orang Indonesia.
Jadi jangan lupa belanja street food kalau jalan-jalan di Saigon ya....
TIPS NYEMIL
Buat muslim traveler, selalu bertanya ya apakah mengandung daging babi atau tidak....
Rabu, 15 Agustus 2012
From Saigon with Love: Ngopi
02.48
Rani Februandari
Waktu ikut half day tour ke Cu Chi, guide di kelompok saya melontarkan sebuah joke ringan. Kira-kira begini bunyinya:
Ada 3 hal yang tidak ada di Vietnam namun ada di negara lain. Yang pertama di Vietnam tidak ada Mc Donald. Yang kedua, di Vietnam tidak ada Seven Eleven. Dan yang ketiga, tidak ada Starbucks di Vietnam. Nah saya tidak tahu mengapa begitu untuk poin yang pertama dan kedua. Namun untuk poin yang ketiga saya tahu alasannya. Karena kopi Vietnam jauuhhh lebih enak ketimbang kopinya Starbucks.
Hihihi...tapi saya setuju seratus persen. Sebagai pencinta kopi, saya menyempatkan diri untuk mencicipi kopi Vietnam yang terkenal itu. Ada dua coffee shop di Saigon yang saya rekomendasikan.
1. Trung Nguyen Coffe Shop di Le Loi Street (kawasan Pham Ngu Lao)
Di coffee shop ini pilihan kopinya cukup beragam namun terlihat bahwa coffee shop ini masih begitu menjaga pakem kopi tradisional. Hal ini terlihat dengan tidak terlalu banyaknya menu frappucino dan latte. Harga?? Hmm... Kalau dirupiahkan sekitar 30 ribuan.
Selain kopi, ada juga beberapa menu makanan. Sebagai gambaran saya memesan es kopi susu dengan semangkuk mi dan saya harus membayar sekitar 60 ribu rupiah. Ayooo!!! Coba bandingkan dengan Starbucks...
2. Highland Coffee
Ini dia Starbucksnya Vietnam. Franchiseannya ada di mana-mana. Dan bule-bule pada suka ngopi di sini. Konsepnya mirip-mirip Starbucks. Menu kopinya kebanyakan adalah menu campuran: sebangsa latte, frappucino....ya sebelas dua belas lah dengan Starbucks. Saya nyoba caramel frappucino di sini. Rasa kopinya kurang nendang.
Selain dua tempat tadi sebenernya masih banyak warung-warung kopi lainnya yang tak kalah nikmatnya. Saya pernah membeli ice coffee di pusat kota dan.....mantap banget rasanya!!!
TIPS KULINER
Pengen beli bubuk kopinya untuk dibawa pulang atau untuk oleh-oleh? Silakan blusukan di Ben Tanh Market. Segala jenis kopi ada di sana...
Ada 3 hal yang tidak ada di Vietnam namun ada di negara lain. Yang pertama di Vietnam tidak ada Mc Donald. Yang kedua, di Vietnam tidak ada Seven Eleven. Dan yang ketiga, tidak ada Starbucks di Vietnam. Nah saya tidak tahu mengapa begitu untuk poin yang pertama dan kedua. Namun untuk poin yang ketiga saya tahu alasannya. Karena kopi Vietnam jauuhhh lebih enak ketimbang kopinya Starbucks.
Hihihi...tapi saya setuju seratus persen. Sebagai pencinta kopi, saya menyempatkan diri untuk mencicipi kopi Vietnam yang terkenal itu. Ada dua coffee shop di Saigon yang saya rekomendasikan.
1. Trung Nguyen Coffe Shop di Le Loi Street (kawasan Pham Ngu Lao)
Di coffee shop ini pilihan kopinya cukup beragam namun terlihat bahwa coffee shop ini masih begitu menjaga pakem kopi tradisional. Hal ini terlihat dengan tidak terlalu banyaknya menu frappucino dan latte. Harga?? Hmm... Kalau dirupiahkan sekitar 30 ribuan.
Selain kopi, ada juga beberapa menu makanan. Sebagai gambaran saya memesan es kopi susu dengan semangkuk mi dan saya harus membayar sekitar 60 ribu rupiah. Ayooo!!! Coba bandingkan dengan Starbucks...
Suasana di Trung Nguyen |
2. Highland Coffee
Ini dia Starbucksnya Vietnam. Franchiseannya ada di mana-mana. Dan bule-bule pada suka ngopi di sini. Konsepnya mirip-mirip Starbucks. Menu kopinya kebanyakan adalah menu campuran: sebangsa latte, frappucino....ya sebelas dua belas lah dengan Starbucks. Saya nyoba caramel frappucino di sini. Rasa kopinya kurang nendang.
Highland Coffee di pusat kota |
TIPS KULINER
Pengen beli bubuk kopinya untuk dibawa pulang atau untuk oleh-oleh? Silakan blusukan di Ben Tanh Market. Segala jenis kopi ada di sana...
Kamis, 15 Maret 2012
Angkringan Lek Adi "Nganggo Suwe"
06.52
Rani Februandari
Berjalan-jalanlah ke bagian selatan kota Yogya di malam hari. Tepat di depan perempatan Kotagede, akan ditemukan sebuah warung 'angkringan' yang cukup oke...baik dari segi tempat maupun makanannya.
Namanya angkringan "Lek Adi, Nganggo Suwe"
Berbeda dengan angkringan-angkringan di Yogya pada umumnya, angkringan ini terletak di warung permanen. Sekedar info, angkringan di Yogya pada umumnya merupakan sebuah bangunan berterpal biru, lengkap dengan gerobak nya.
Lalu apa istimewanya sih angkringan ini???
Kalau saya bilang, angkringan ini jauuuuhhh lebih mantap dari angkringan tugu yang legendaris itu. Variasi lauknya beragam. Dan, selain menyediakan nasi kucing seperti layaknya angkringan yang lain, ada satu menu spesial yang jadi andalan saya. Yaitu...nasi bakar!!!!
Untuk menu minumnya pun beragam juga. Menu minuman favorit saya adalah Es Asem yang kecut-kecut segerrr!!!
Harganya??? Tentu saja harga angkringan pada umumnya.
Jadi...kapan nih ngangkring di sini????
Pemilik Angkringan |
Nasi Bakar |